Sungguh Malang!!!! ‘Pak RT’ di Bogor ini peserta BPJS, meninggal setelah ditolak 3 Rumah Sakit, Di Share Ya!!!! Sungguh Malang!!!! ‘Pak RT’ di Bogor ini peserta BPJS, meninggal setelah ditolak 3 Rumah Sakit, Di Share Ya!!!!

Udin Syahrudin (47), Pasien peserta BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Kesehatan di Bogor dikabarkan meninggal dunia sesudah tidak tertangani di beberapa rumah sakit.

Keluarga juga heran dengan prosedur perlakuan pihak rumah sakit. Udin pemegang kartu Kartu BPJS Kesehatan itu meninggal dunia, Selasa (1/3/2016) dinihari.

Sebelumnya meninggal dunia, Udin yang juga Ketua RT 06/08, Kampung Kedunghalang Talang, Kelurahan Kedunghalang, Bogor Utara, Kota Bogor pernah tidak diterima tiga rumah sakit di Bogor. Tenny (42) istri almarhum pada wartawan, Selasa (1/3/2016), mengungkapkan kebingungan atas prosedur rumah sakit.

“Saya juga bingung kenapa tidak diambil tindakan dulu oleh dokter jagalah Unit Gawat Darurat (UGD), RSUD Kota Bogor, walau sebenarnya kondisi suami saya sudah lemas karena sebelumnya pernah tidak diterima juga di Rumah Sakit swasta di Jalan Pajajaran, ” kata Tenny.

Menurut Tenny pihak rumah sakit, segera mengarahkan agar Udin dibawa ke Rumah Sakit Marzuki Mahdi (RSMM). Menurut Tenny, almarhum Udin Syahrudin sebenarnya tidak memiliki riwayat jantung. Bahkan beberapa hari sebelumnya dibawa ke RS Mulia di Jalan Pajajaran, pernah dirawat satu hari di RS Family Medical Centre, Jalan Raya Bogor-Jakarta, Sukaraja, Kabupaten Bogor.

“Setelah itu dokter mempersilahkan pulang. Sehari lalu kambuh lagi, dadanya mendadak nyesek dan dibawa ke RS Mulia di Jalan Pajajaran, tetapi dokter di rumah sakit ini merekomendasikan suami saya yang telah lemas itu harus selekasnya dirawat di ruangan ICU, saat itu juga kita bawa ke RSUD Kota Bogor, ” tutur ibu anak satu itu.

Hal seirama disibakkan, Tina (39) adik Tenny yang ikut mengantar almarhum sebagian sebelum meninggal dunia. “Iya kita wanita semuanya yang mengantar, ” tuturnya. Mereka sekeluarga bingung, kenapa almarhum sebelum meninggal yang memanglah kondisinya sudah kritis dan harus memperoleh penanganan intensif, jadi memperoleh perlakuan tidak manusiawi.

“Padahal almarhum itu peserta BPJS kelas 2. Tiga rumah sakit yang menampik itu alasannya penuh. Harusnya sebelum mereka menolak dengan cara halus dengan dalih ruangan penuh, lakukan tindakan, ” tuturnya.

Menurutnya, Rumah Sakit Islam Bogor tempat pasien pada akhirnya memperoleh perawatan intensif hingga menghembuskan nafas terakhir ingin menerima, setelah pihak keluarga pasien yang mengantar mengaku bukanlah peserta BPJS.

“Di RS Islam Bogor itupun kita mendaftar dan pada akhirnya ingin ditangani sesudah kita katakan pasien umum (bukanlah pasien BPJS), ” tuturnya.

Hingga jasad almarhum dikuburkan, pihak keluarga belum tahu persis penyebabnya pasti atau hasil diagnosis dokter kalau almarhum menderita penyakit jantung.

“Sebelumnya tidak keluhan atau riwayat sakit jantung. Kami begitu menyayangkan, sikap sebagian rumah sakit, terlebih yang notabene miliki pemerintah jadi memperlakukan pasien yang telah dalam kondisi lemas (sekarat). Kemana sisi kemanusiaannya, ” katanya.

Selain itu, Kepala Humas RSUD Kota Bogor Okto Muhammad Ikhsan saat dikonfirmasi, menyanggah pihaknya menolak cuma karena pasien yaitu peserta BPJS Kesehatan.

“Yang jelas bukanlah karena BPJS, nanti saya cobalah teliti dulu ke pihak IGD RSUD, dan saya minta detail jati diri almarhum, ” tuturnya.

Dia juga menyampaikan, pasien sebenarnya pernah ditangani dokter jagalah ruangan Instalasi Gawat Darurat (IGD).

“Pasien pernah diperiksa dokter IGD Shift malam, rekomendasi dari RS Mulia dan sudah diberikan obat ISDN. Saat itu (almarhum) keadaannya sadar penuh, tanda-tanda vital dalam batas normal, keluhan nyeri ulu hati dan EKG batas normal. Telah diberikan 02 nasal di IGD, karena ruangan penuh dan kondisi pasien stabil jadi pasien dirujuk lagi saran ke RS terdekat